Entah darimana asal muasal selembar cerita ini yang jelas
mudah-mudahan bisa menjadi renungan dan motivasi bagi kita semua yang
membaca untuk mendapatkan inspirasi dalam kehidupan dari kisah ini.
Saya
adalah seorang pramugari biasa dari China Airlines, karena bergabung
dengan perusahaan penerbangan hanya beberapa tahun dan tidak mempunyai
pengalaman yang mengesankan, setiap hari hanya melayani penumpang dan
melakukan pekerjaan yang monoton dari itu ke itu.
Suatu hari saya menjumpai suatu pengalaman yang membuat perubahan pandangan saya terhadap pekerjaan maupun hidup saya.
Hari ini jadwal perjalanan kami adalah penerbangan dari Shanghai menuju Peking, penumpang sangat penuh pada hari ini.
Diantara
penumpang saya melihat seorang kakek dari desa, merangkul sebuah
karung tua dan terlihat jelas sekali gaya desanya, pada saat itu saya
yang berdiri dipintu pesawat menyambut penumpang, kesan pertama dari
pikiran saya adalah zaman sekarang sungguh sudah maju seorang dari desa
sudah mempunyai uang untuk naik pesawat.
Ketika pesawat
sudah terbang, kami mulai menyajikan minuman, ketika melewati baris ke
20, saya melihat kembali kakek tua tersebut, dia duduk dengan tegak
dan kaku ditempat duduknya dengan memangku karungtua bagaikan patung.
Kami
menanyakannya mau minum apa, dengan terkejut dia melambaikan tangan
menolak, kami hendak membantunya meletakan karung tua diatas bagasi
tempat duduk juga ditolak olehnya, lalu kami membiarkannya duduk dengan
tenang, menjelang pembagian makanan kami melihat dia duduk dengan
tegang ditempat duduknya, kami menawarkan makanan juga ditolak olehnya.
Akhirnya
kepala pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah diasakit,
dengan suara kecil dia mejawab bahwa dia hendak ke toilet tetapi dia
takut apakah dipesawat boleh bergerak sembarangan, takut merusak barang
didalam pesawat.
Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia
boleh bergerak sesuka hatinya dan menyuruh seorang pramugara mengantar
dia ke toilet, pada saat menyajikan minuman yang kedua kali, kami
melihat dia melirik kepenumpang disebelahnya dan menelan ludah, dengan
tidak menanyakannya kami meletakkan segelas minuman teh dimeja dia,
ternyata gerakan kami mengejutkannya, dengan terkejut dia mengatakan
tidak usah, tidak usah, kami mengatakan engkau sudah haus minumlah,
pada saat ini dengan spontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang
logam yang disodorkan kepada kami, kami menjelaskan kepadanya
minumannya gratis, dia tidak percaya, katanya saat dia dalam perjalanan
menuju bandara, merasa hausdan meminta air kepada penjual makanan
dipinggir jalan dia tidak diladeni malah diusir. Pada saat itu kami
mengetahui demi menghemat biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki
sampai mendekati bandara baru naik mobil, karena uang yang dibawa
sangat sedikit, hanya dapat meminta minunam kepada penjual makanan
dipinggir jalan itupun kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai
pengemis.
Setelah kami membujuk dia terakhir dia percaya
dan duduk dengan tenang meminum secangkir teh, kami menawarkan makanan
tetapi ditolak olehnya.
Dia menceritakan bahwa dia
mempunyai dua orang putra yang sangat baik, putra sulung sudah bekerja
di kota dan yang bungsu sedang kuliah ditingkat tiga di Peking. Anak
sulung yang bekerja di kota menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal
bersama di kota tetapi kedua orangtua tersebut tidak biasa tinggal
dikota akhirnya pindah kembali kedesa, sekali ini orang tua tersebut
hendak menjenguk putra bungsunya di Peking, anak sulungnya tidak tega
orang tua tersebut naik mobil begitu jauh, sehingga membeli tiket
pesawat dan menawarkan menemani bapaknya bersama-sama ke Peking, tetapi
ditolak olehnya karena dianggap terlalu boros dan tiket pesawat sangat
mahal dia bersikeras dapat pergi sendiri akhirnya dengan terpaksa
disetujui anaknya.
Dengan merangkul sekarung penuh ubi
kering yang disukai anak bungsunya, ketika melewati pemeriksaan
keamanan dibandara, dia disuruh menitipkan karung tersebut ditempat
bagasi tetapi dia bersikeras membawa sendiri, katanya jika ditaruh
ditempat bagasi ubi tersebut akan hancur dan anaknya tidak suka makan
ubi yang sudah hancur, akhirnya kami membujuknya meletakan karung
tersebut di atas bagasi tempat duduk, akhirnya dia bersedia dengan
hati-hati dia meletakan karung tersebut.
Saat dalam
penerbangan kami terus menambah minuman untuknya, dia selalu membalas
dengan ucapan terima kasih yang tulus, tetapi dia tetap tidak mau
makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudah sangat lapar,
saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil dia menanyakan saya
apakah ada kantongan kecil? dan meminta saya meletakan makanannya di
kantong tersebut. Dia mengatakan bahwa dia belum pernah melihat makanan
yang begitu enak, dia ingin membawa makanan tersebut untuk anaknya,
kami semua sangat kaget.
Menurut kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa dimata seorang desa menjadi begitu berharga.
Dengan
menahan lapar disisihkan makanan tersebut demi anaknya, dengan terharu
kami mengumpulkan makanan yang masih tersisa yang belum kami bagikan
kepada penumpang ditaruh didalam suatu kantongan yang akan kami berikan
kepada kakek tersebut, tetapi diluar dugaan dia menolak pemberian kami,
dia hanya menghendaki bagian dia yang belum dimakan tidak menghendaki
yang bukan miliknya sendiri, perbuatan yang tulus tersebut benar-benar
membuat saya terharu dan menjadi pelajaran berharga bagi saya.
Sebenarnya
kami menganggap semua hal tersebut sudah berlalu, tetapi siapa menduga
pada saat semua penumpang sudah turun dari pesawat, dia yang terakhir
berada di pesawat. Kami membantunya keluar dari pintu pesawat, sebelum
keluar dia melakukan sesuatu hal yang sangat tidak bisa saya lupakan
seumur hidup saya, yaitu dia berlutut mengucapkan terima kasih dengan
bertubi-tubi, dia mengatakan bahwa kami semua adalah orang yang paling
baik yang dijumpai, kami didesa hanya makan sehari sekali dan tidak
pernah meminum air yang begitu manis dan makanan yang begitu enak, hari
ini kalian tidak memandang hina terhadap saya dan meladeni saya dengan
sangat baik, saya tidak tahu bagaimana mengucapkan terima kasih kepada
kalian. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian, dengan menyembah dan
menangisdia mengucapkan perkataannya. Kami semua dengan terharu
memapahnya dan menyuruh seseorang anggota yang bekerja dilapangan
membantunya keluar dari lapangan terbang.
Selama 5 tahun
bekerja sebagai pramugari, beragam-ragam penumpang sudah saya jumpai,
yang banyak tingkah, yang cerewet dan lain-lain, tetapi belum pernah
menjumpai orang yang menyembah kami, kami hanya menjalankan tugas kami
dengan rutin dan tidak ada keistimewaan yang kami berikan, hanya
menyajikan minuman dan makanan, tetapi kakek tua yang berumur 70 tahun
tersebut sampai menyembah kami mengucapkan terima kasih, sambil
merangkul karung tua yang berisi ubi kering dan menahan lapar
menyisihkan makanannya untuk anak tercinta, dan tidak bersedia menerima
makanan yang bukan bagiannya, perbuatan tersebut membuat saya sangat
terharu dan menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya dimasa
datang yaitu jangan memandang orang dari penampilan luar tetapi harus
tetap menghargai setiap orang dan mensyukuri apa yang kita dapat.
*****
Banyak
hal yang banyak kita dapatkan dari kisah diatas, dasarnya barang yang
bukan milik kita jangan pernah sesekali untuk mencoba mengambilnya.
Percayalah, Tuhan akan memberi lebih dan lebih rezeki untuk kamu yang
tidak mengambil rejeki yang bukan milik kamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar